Jumat, 12 November 2010

Jon dan Problematika cintanya



“ya,,ya, saya seorang pemalu…”
“eeeuu,,bukan…pengecut…”
“Fuck”

Hahaha, Si Jon melamun dan bergerutu. Ow, lebih tepatnya meratapi nasibnya. si Jon memang langganan juru kunci di klasemen liga percintaan dia dan teman kostannya. 1 tahun  sudah dia putus dari Nadia, dan 1 tahun sudah dia dipecundangi teman-temannya. 

Jon dan Nadia. Sejarah menceritakan mereka adalah teman smp yang dipertemukan kembali di universitas ini, satu jurusan pula. Nadia cantik, cantik banget malah. Mereka pasangan yang serasi “Dulu mah Nadia masih culun, atuh cuman kenal Jon doang di kampus. Mau ga mau. Coba sekarang si Jon ngedeketin Nadia, boro-boro noleh si nadianya juga”. Itulah diskusi antara David dan Asep. Ow maaf bukan Asep, tapi Boy. Dia sedikit alergi dengan nama yang diberikan orang tuanya. “Nama yang tidak menjual” Begitu celotehnya.
David, namanya merefleksikan fisiknya. Dia keren. Bahasanya luwes. Posturnya yang tinggi dan kulitnya yang bersih terawat sudah cukup membuat anak bau kencur tertarik padanya sebelum dia flirting.”Maba yang ga suka sama David berarti cowok, kalau ga, HOMO  Penggalan status facebook dari Neisya. Maba standar yang sok cantik.

Jon menghentikan obrolan ringan tentang organisasi, Kupingnya geli-geli mendengar pernyataan dari maba di belakangnya “Ih, David ganteng banget ya. Kalo gue ma dia pasti bakalan jadi pasangan yang serasi  Ya, itu Neisya yang bicara, anak kostan menyebutnya Indo, Indo-neisya.
Yah neng, coba tanyain berapa banyak mantannya David, angkanya ga bakal jauh beda dari bulan atau mungkin hari dia pacaran. Dini, si mojang Cirebon 2 bulan, Dwita,mantan gadis sampul seminggu. Ow,,,Ratih…Finalis putrid Indonesia Jawa Barat, cuman 3 jam” Dan Si Jon hanya memberikan senyum prihatin ke anak bau kencur ini. 

Jon ga pernah iri dengan kelebihan yang David punya, atau marah dengan kelakuan David yang sering mencampakkan wanita. Karena dia tahu, satu senyuma Jon sudah cukup untuk membuat seorang cheerleader mengungkapkan perasaannya. Tanya David “Apa dia suka ma cewek-cewek kampus ini…?” Cuih, dia lebih memilih gadis desa yang lebih alami. “tapi namanya rejeki masa ditolak” Begitulah David yang selalu mensyukuri apa yang didapatnya. 

Beda dengan David. Asep a.k.a Boy adalah maniak, dia haus. Terlalu lembut menyebutnya Playboy, anak kostan lebih suka menyebutnya bajingan. Fatamorgana, itulah bagaimana bibirnya bekerja. Dia tawon yang selalu berucap cantik dan wangi pada mawar baru mekar, dan keesokan harinya dia berkata bahwa melati jauh lebih indah daripada mawar, seminggu kemudian  entah kenapa dia merayu raflesia arnoldi bagaikan setangkai edelweiss.  lagi pingin nyari yang jelek aja” Jawabannya membuat Jon tertawa miris, dan berkata “laknat” 

Tanpa fisik yang mumpuni, Jon berani bertaruh dialah raja flirting di kampus ini. Hanya bermodal bibir, maka cewe bermobil pun rela menyupirinya, maklum Boy ga bisa nyetir. Untuk mantan-mantan Boy, Jon menyebutnya korban, namun untuk mantan-mantan david, Jon menyebut mereka ambisius.
Kami sekostan, tinggal menunggu hari-hari dimana korban-korban Boy membuat page “Anti Boy-playboy laknat”. Atau mungkin laki-laki yang pacarnya direbut Boy akan membuat page “Ganyang Boy
“Ya sudahlah, apapun yang mereka lakukan. Mereka tetap teman baik gue. Walaupun terkadang gue harus menanggung caci maki yang mantan mereka muntahkan” Jawaban diplomatis jon ketika ditanya tentang kedua sahabatnya itu. 
***

Di samping SBA, Jon sedang mengurusi organisasi. Hal tidak penting bagi Boy dan david. 

“Jonnnnn……Ngapain sih lo ngurusin yang begituan…?” “Liat sekarang, cewe ga punya, kuliah berantakan” David dan Boy berteriak dari kejauhan, mereka  memang kompak. Jon Cuma bisa menaikkan jari tengahnya.
Ketika bukan bagiannya bicara, Jon mencuri pandang ke gerombolan gadis yang lewat didepannya, junior jurusan dan organisasinya. Reinnisa, satu dari sekian banyak kurcaci itu telah memaksa Jon buat curi-curi pandang. 

Jon ingat betul awal pertemuannya dengan reinnisa di organisasi. Jon memang ujung tombak organisasinya, junior yang ga tahu namanya adalah musrik di organisasi ini. 

Mas Arjun” Sapa reinnisa, senyumnya mengheningkan kesibukan Jon, jarang ada junior yang menyapa nama aslinya. Ya, Jon sadar reinnisa cantik, memang lebih cantik Nadia sih. Tapi tetap saja mengakukan gesture tubuh Jon. Ukuran 5 detik Jon terdiam, sedikit menggigit bibirnya. “Hei  Dingin sekali jawaban Jon. Entah apa yang dipikirkannya selama itu, kalau hanya akan menjawab hei. 

Mendapat jawaban Hei, Reinnisa melanjutkan perjalanannya gontai. Sebuah senyum malu-malu mengakhiri adegan hari tersebut. Adegan terpaksa dipotong karena Boy merusak mood Jon. Sejurus wajah kesompralan Boy menggantikan senyum bidadari reinnisa. “lumayan, 7,5. Reinnisa namanya. Tadinya dia incaran gue, tapi gue ga akan tega ngembat temen sendiri”.

Fuck, beauty and the beast. Boy laknat” gerutu Jon. 

Di kostan, Jon menjadi samsak anak-anak. Segala teknik mereka keluarkan untuk memancing Jon mengungkapkan perasaannya tentang Jon dan reinnisa. Akhirnya Jon K.O kena uppercut Boy. “Kalo lo ga ngaku, gue sumpahin ga bakal kawin lo seumur hidup”.
 
Lucu Jon,,sikattt  Dengan satu pukulan di punggung Dudung memecah lamunan Jon. 

Dudung, hahaha… kadang-kadang Jon geli melihat tingkah temannya ini. Lebay selebay-lebaynya. Tapi dia menopengi diri dengan kata gentleman. Marsya-katanya sih indo- tapi anak kostan sering memanggilnya Indomie, “ga nahan liat rambutnya, ngriwil”. 

kalau dikumpulin, ada kali sekebon si Marsya dapet bunga dari Dudung setaun ini” Love at the first sight dalih Dudung saat ditanya kenapa betah nguber-nguber si Marsya dari semester 1. Saat orang menggunakan facebook untuk berkomunikasi, Dudung dengan pede-nya mengirim surat cinta murni tulisan tangan pada Marsya. “Biar romantis, cewek seneng diginiin” Itu menurut Dudung, tapi hanya Marsya dan Tuhan yang tau kemana tumpukan surat-surat itu. Jon & David pernah menemukan salah satu surat cinta Dudung jadi wadah gorengan. “Miris cuuuukk” 

Ahhh, segala adegan romantis di film-film udah dicoba Dudung. Setelah lewat 2,5 tahun akhirnya Marsya luluh dalam pelukan Dudung. Jangankan mahasiswa, dosen, tukang parkir juga tahu kalau mereka jadian. Bayangkan sebuah poster berukuran 24 r bergambar dirinya dan Marsya dicetak dan DIPAJANG di ruang publikasi kampus. Romantis cekallli….

Itu percobaan yang ke55 bego. Kalau ga gara-gara ngancem terjun dari wall climbing juga ga bakalan diterima ma Marsya” Kata teman baik Dudung. “baru sehari pacaran juga putus gara-gara poster, ga tau deh dia pake adegan film apalagi buat balikan ma Marsya

Santai Jon, entar gue pinjemin dvd film-film romantis. Lo cobain ke Reinnisa, Gue jamin sukses. Buktinya Gue jadian kan ma Marsya” Dudung memberi advice bermutu.  Jon bingung, bagaimana dia harus menahan tawanya. Dia menggigit bibirnya, mengangguk-anguk seakan-akan salut pada Dudung.

Gini Jon, cewe itu suka dimanja, Marsya klepek-klepek kan gara-gara Gue manjain terus. Lo liat kan gimana Gue mengagung-agungkan dia sebagai wanita” Lanjut dudung berapi-api, setengah sombong, dan setengah lagi tidak tau malu. 

Jon kehabisan akal, tanpa menjawab apa-apa, Jon kabur meninggalkan Dudung. Teriakan dudung tidak dihiraukannya. Dia terlanjur asik tertawa, terbahak-bahak.
***

Obrolan dengan dudung benar-benar membuat Jon ceria, di perjalanan pulang senyumnya masih nongol satu-dua. Senyumnya tiba-tiba mereda, sekitar 5 meter darinya, Jon melihat Reinnisa keluar dari pakilun, masih asik ngobrol tampaknya dengan Arsy. 

Jon menghela nafas panjang, jantungnya berdegup kencang sekali. Mustahil Reinnisa tidak menyapanya kalau dia lewat. Jon sedang konflik batin, antara cuek jalan memasrahkan segalanya pada Tuhan Yang Maha Esa, menunggu Reinnisa jalan duluan, atau menyebrang sehingga mereka tidak papasan. 

kalo lo ketemu lagi ma Reinnisa ya Jon, ajak ngobrol, sok akrab aja. Ga mungkin dia nolak, secara lo kan seniornya, disegenin lagi” Jon mengingat-ngingat anjuran Boy. “Ahhh, terlalu frontal, Gue ga punya mental” sanggah Jon. 

Jon, tinggal petikin bunga, peduli amat deh bunga apa, kasih ke Reinnisa, beres” Jelas itu anjuran Mr.romantis, Dudung. “Ahhh, geli gue” 

Reinnisa Jon ya, Lo ga perlu ngapa-ngapain. Biasa aja, sekali senyum doing, beres semua” Ya, saran Davivd memang yang paling realistis. “Ya, David mah ganteng, da Gue, apa kabar…?” 

Entah idealis, kaku atau bodoh. Jon tidak memilih anjuran teman-temannya itu. Dia memilih menyeberang  jalan dan pura-pura tidak melihat Reinnisa, tapi sangat berharap Reinnisa menolehnya. Takut disapa, Tapi ingin Reinnisa mengejarnya. 

Apa yang terjadi, nol besar, min bahkan. Reinnisa jalan bareng Ucok teman seangkatannya, junior Jon juga.  Di sebelah kanan, Jon Cuma menghela napas, pasrah. Tapi di sebelah kirinya, bayangan David, Boy dan Dudung  menertawainya puas sekali.”Lebbbboookkk tahhh gengsi” 

Jon ga ingat lagi tentang kebahagiannya menertawai Dudung tadi. Pikirannya Cuma satu, kostan tanpa lirik kanan-kiri lagi. Gerakan dipercepat. 

Mas Arjunnnn….” 

Jon seperti akrab dengan suara itu. Ragu-ragu, Arjun menoleh kea rah kiri.  Mobil dan motor lalu lalang  menghalangi pandangan Jon. “Mas Arjun  Samar terlihat senyum Reinnisa. Jon memutuskan hanya akan melemparkan senyum dan melanjutkan kepada Reinnisa. Karena disampingnya masih bertengger si Ucok. Kalau saja photoshop, Jon berencana mengkrop muka si Ucok. 

Sayang brother, planning Jon gagal. Ketika mobil dan motor lengang, Reinnisa memutuskan untuk menyeberang menghampiri Jon. Sebenarnya pemandangan yang biasa terjadi untuk Jon ketika junior menghampirinya. Ya, Jon dikagumi sebagai senior yang ngemong. “tapi jangan Reinnisa atulah” gerutu Jon dalam hati. 

Skak mat, Jon terpaku menunggu Reinnisa nyebrang. Jangan berharap ada adegan romantis, ketika Jon membantu Reinnisa nyebrang. Untuk menahan degup jantungnya saja, Jon sudah kehabisan akal. 

                Di belakang Reinnisa, menyusul si Ucok. Jon sedikit bernafas lega, karena ada si Ucok yang bisa dijadikan pengalihan. Tapi Jon takut kalau dia kalah mental dengan Ucok. Hidupnya penuh dilemma di 20 menit terakhir ini. 

Mau kemana mas…?” Tanya Reinnisa. Gadis ini seakan-akan enggan menanggalkan senyuman khasnya. Ow, mungkin dia bangga dengan lesung pipitnya. 

Mau pulang  Jawab Jon singkat. Jon bingung, entah kemana nyalinya sembunyi, hanya berbicara dengan juniornya saja yang notabene kagum padanya jantung Jon terus berlarian. “Sama rektor aja gue ga setegang ini ngomongnya, biasa aja Jon, santai” Begitu cara Jon menymangati dirinya sendiri. 

Bareng aja atuh ke bawahnya” 

Tanpa jawaban, Jon hanya mengangguk. Penyemangatan dirinya tanpa hasil saudara-saudara. Ucok berhasil nyebrang dengan selamat, Jon, reinnisa dan Ucok berjalan bersama-sama. 

Selama perjalanan, Jon lebih banyak diam. Saat Ucok ngobrol dengan Reinnisa, Jon senang karena dia bebas menatap Reinnisa, tapi saat dia ngobrol dengan Reinnisa, Jon hanya menjawab singkat, padat, dan jelas. Saat Jon ngobrol dengan Ucok, giliran Reinnisa yang melirik-lirik kagum pada Jon. 

Sadar betul situasi tersebut,  Jon mulai memanfaatkan situasi. Dia lebih banyak ngobrol dengan Ucok, Umpan dilepas. dengan satu pengharapan, mata belog Reinnisa meliriknya, ikan memakan umpan, Reinnisa mulai terkagum-kagum dengan isi obrolan on, Ikan nyangkut di kail. 1, 2, 3, tarik pancingnya sooob… Akhirnya mata mereka terpaut. Reinnisa tidak memalingkan wajahnya sedikitpun, mentalnya lebih kuat untuk urusan begini. Sementara Jon mulai menatap lekat-lekat Reinnisa. Sekedipan, Reinnisa menyipitkan mata, tulang pipinya naik, lesung pipitnya menyekung. Satu senyum mendarat di kelopak mata Jon. 

Jon K.O. dia menurunkan pandangannya. Dan melanjutkan obrolan dengan Ucok. Entah cacian macam apa yang akan dia dapatkan jika teman kostannya tahu kondisi ini.
***

Nadia, mungkin satu-satunya orang yang mengerti pemikiran  Jon. Sejujurnya dia masih menaruh harapan besar pada Jon. “Buat aku, kamu tetep calon suami ideal aku. Mungkin aku yang bukan calon istri ideal buat kamu. Aku pingin kamu cepet nyari pacar baru, percaya ma aku, cewe manapun susah buat bilang ga sama kamu”. Ya, Nadia tau betul dari SMP Jon menaruh rasa padanya. Setiap hari doa Nadia yang saat itu masih labil-labilnya hanya satu. “Tuhan, tolonglah Jon, agar dia berani menyatakan cintanya padaku”  Ya, doa Nadia memang terkabul, tapi setelah menunggu 5 tahun. Saat Nadia sudah punya 5 orang mantan pacar. 

Arjun sayang,,,,kamu itu ganteng…kurang…?”, “Kamu tau, dulu aku capek pacaran ma kamu. Capek batin. Kamu tau, Fifie suka sama kamu…?”, “Ajeng, Tisya, Echa, Echi, Ucil, Ichul, mereka semua suka sama kamu” Begitulah cara  Nadia memompa keberanian Jon yang tampaknya selalu kemps, bocor sepertinya. Nadia realistis, semua yang dibilang bukanlah rekayasa. Nadia yakin, dirinya akan sedikit sakit hati kalau Jon punya pacar lagi. “Iya, gue cinta banget sama Arjun. Tapi gue ga mau ada Nadia-Nadia kedua, yang harus nunggu Arjun sampai 5 tahun. Kasian gue ma cewek-cewek itu

Lo itu ganteng Arjun….ya biarpun ga seganteng gue sih…Tapi gue ga bakalan ngembat reinnisa. Lo tau selera gue kan…hahaha” Itu kata david

Hei Jon,,,,beuntaaaaa (buka mata)….Lo juara public speaking, jago orasi. Masa ngomong ma Reinnisa aja ga berani. Lo ya, secupu-cupunya banci, masih cupuan ELO…” Itu menurut Boy

Jujur ni ya Jon, tapi lo jangan geer. Lo itu baik banget jadi orang” Pengakuan dari Putra. 
Begitulah ungkapan kegemesan Nadia, David, Boy, Putra, dan mungkin masih banyak lagi, 

Reinnisa kayanya ga beda jauh dengan Nadia. Jail. Dulu, waktu SMP. Setiap hari Nadia selalu lari-lari kecil di pikiran arjun. Sekarang Reinnisa, bukan lari-lari kecil lagi, jogging bolak-balik di pikiran Jon. Dari perspektif empiris, berarti kesimpulan yang dapat ditarik adalah “5 tahun lagi adalah saat Jon berani menyatakan cinta pada Reinnisa

“fuccccckkkk” Jon menyerah. Akhirnya dia menanggalkan harga dirinya di hadapan teman-teman kostannya. “ganteng, udah. Pinter, udah. Baik, udah. Terkenal, udah. Terus gue kurang apalagi….?” Jon benar-benar menumpahkan perasaannya tentang wanita. Sejarah mencatatnya. 

serempak, kompak, seirama dan sekeras-kerasnya. “Nyaliiiiiiiii

Segudang cerramah dan dakwah jadi santapan hari-hari Jon berikutnya. Dari ceramah berubah menjadi ledekan. Dari ledekan berkembang lagi menjadi umpatan. Setelah umpatan, anak kostan K.O… Ya, Jon tetaplah Arjun. Culun. Hanya bisa memandangi reinnisa dari kerumunannya.
***
Hari ini, Joon benar-benar gelisah. Seharian dia belum keluar kamar. Segala panggilan diacuhkannya, sampai Ibu kostan yang menagih duit listrik pun harus bertingkah seperti orang bodoh, mengetuk-ngetuk tanpa mendapat jawaban. 

Kemarin, Jon mendapati Reinnisa dirangkul Ucok, mesra sekali…Tadi, Jon mimpi ada seekor macan gagah berani yang meratapi nasibnya.Dia berhasil menjadi yang paling disegani seantero hutan, predikat yang diidam-idamkan macan lain, tapi sayang, tidak ada yang membuatkannya teh di pagi hari.

Jam 8,lebih sedikit. Jon keluar kamar. Tidak ada yang istimewa darinya meskipun telah bertapa setengah hari. Wajahnya pun seperti biasanya, datar. Tanpa basa-basi Jon langsung keluar kostan. “makan dulu bentar…” anak-anak bereaksi. Mereka menyilangkan telunjuk di dahi mereka. 

Di luar gerimis. Sedikit plin-plan, akhirnya Jon memutuskan untuk melanjutkan niatnya. 

Hei. Reinnisa. Entar malem jam 8 ada waktu kan. Ketemuan di hipotesa ya” Reinnisa memegang hapenya erat-erat. Berulang kali dia membaca sms itu dari siang sampai sekarang dia sedang menunggu di Hipotesa. Masih belum yakin dengan makna pesan singkat tersebut. Reinnisa takut, takut kalau Jon benar-benar menaruh perasaan padanya. Ya, secara dia baru jadian 2 hari sama Ucok. Tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Reinnisa terbang ke langit ketujuh, apa yang diimpikannya terwujud. “ni orang bener-bener ngeselin. Kenapa ga dari dulu kaya gini”

Jon sampai di Hipotesa, basah tapi tidak kuyup.
Ihh, mas Arjun ko ga pake payung sih…?” Tanya Reinnisa lsedikit sensitive. 

Entah karena  bajunya basah atau karena jantungnya berdegup kencang sekali. Jon gemetar. “Tuh kan, gemeteran  Jon Cuma melempar senyum khasnya, kemudian duduk bertatapan dengan reinnisa.
udah lama…?” Tanya Jon gemetaran. Ternyata hujan membawa berkah buat Jon, hujan adalah alibi terbaik saat ini.
ga baru kok mas Arjun” jawab reinnisa segan.
Udah mesen makan
Udah mas, mas pesen gih. Maem yang berkuah gra biar anget badannya”. Ow, reinnisa begitu perhhatiannya terhadap seniornya ini.
Jon gelagapan, hanya anggukan dan senyuman manis yang bisa dia berikan. 

Makanan sudah habis. Tidak banya topic yang mereka perbincangkan. Bisa dihitung dengan jari, jari tangan kanan doang malah. Awalnya Reinnisa berpikir “Ihhh, Mas Arjun bener-bener paling bisa buat orang penasaran” Tapi lama-kelamaan pikirannya berubah “Ini kencan yang paling membosankan seumur hidup gue…. Ni orang mau ngomong apa sih….? “ Ya, wajar aja, setengah jam lebih mereka tidak saling bersuara. 

Akhirnya Jon menghela nafas panjang. “Boleh gue panggil Ica aja…?”
Dari manyun berubah menjadi senyum, Reinnisa benar-benar antusias dengan lelaki pengecut ini. Senyuman manisnya menjadi bentuk persetujuannya. 

Eeee, jujur ni ya. Ica cantik…euuu, lucu deh…
Aaaa, cewek kampus mana yang ga mabok diginiin sama Arjun Sukmana. Reinnisa menyembunyikan mukanya sedikit,kembali melempar senyum. “trus

Ya, physicly gue tertarik ma Lo ca” Jon merasakan lidahnya berat sekali..
ow,,,iya…trus…?” Pintar, pintar sekali Ica menutupi apa yang dirasakannya dan apa yang diimpikannya selama ini.  Merasa diatas angin, Ica bertingkah “ngeselin”
Jon gelagapan tiada dua. Feelingnya buruk, Apa yang ditakutinya selama ini seakan-akan hadir di depan matanya. Junior yang selama ini kagum padanya mendadak dingin. “Euuu,,euuu” lama sekali Jon tergagap. Dia tahu betul apa yang ingin dan seharusnya diucapkannya.
 Reinnisa melunak. “Mas Arjun…”Jon menghentikan kegagapannya.

Selayaknya film-film romantis, maka gerimis berubah menjadi hujan.
Eeeuu, ga usah dipaksain. Ica tahu Mas Arjun mau ngomong apa” Ica menengahi kegalauan hati Jon
***
Kata-kata Ica masih terngiang jelas. Bukan berlari-lari dipikirannya, tapi menggerogoti jantungnya kini. “Ica ga tau gimana caranya minta maaf. Eu,,,Mas Arjun punya segalanya yang Ica mau. Jujur Ica kagum ma Mas Arjun…Okeee, Ica ngaku physicly, mungkin Ica lebih dulu naksir ke Mas Arjun. Kepribadian Mas Arjun, itu membuat Ica hamper gila. Tapi, Ica cewe Mas, lebih sensitive daripada Mas. Ica ga ngreasa dapet respon dari Mas Arjun selama ini, Ica pikir Ica bertepuk sebelah tangan. Jadi, jangan salahin Ica, kalau Ica lebih milih cowok lain, yang mungkin jauh kualitasnya dibawah Mas Arjun. Yang penting dia bisa ngungkapin apa yang dirasakannya secepat dia bisa. He isn’t the best but He is the right man at the right place

Haaaa, Jon galau segalau-galaunya. Ternyata apa yang dibicarakan teman-temannya selama ini tentang dia adalah palsu. Ganteng, pinter, baik, terkenal, ga ada gunanya. Tapi dia benar-benar mengakui kalau dia pengecut. 

Kalau jodoh mah ga kemana mas” Begitulah salam selamat tinggal Ica tadi dibawah payungnya. Dia menggigit bibirnya, Jon tau betul, ada perasaan yang masih dipendam Ica. Jon tertegun, bagaimana bisa, Ica yang selama ini dianggapnya hanya anak bau kencur bisa berkata sedemikian bijaksananya, bisa sebegitu pekanya, bisa sebegitu beraninya. 

Jon tau, ada rasa yang dipendam Ica, dan Jon sadar ada kata-kata yang belum diungkapkannya. “”Hey, Reinnisa, asa ga afdol kalau belom ngomong, biarpun gue tau jawabannya apa, Gue suka ma lo. Siaall, sekarang gueudah jatuh cinta ma kepribadian lo.”

Jon merasa lega setelah mengirim sms itu. Dia tidak peduli apa balasan Reinnisa. Sekarang beban yang selama ini ditanggungnya lepas sudah. Tapi Reinnisa masih menggantung erat di hatinya. Jon tidak ragu untuk berbagi cerita dengan teman sekostannya, dia tidak peduli ledekan stadium berapa yang akan didengarnya. 

Aneh, apa yang dipikirkannya meleset. “Nah,,,gitu dong Jon. Yang penting prosesnya sob. Hasil mah, masih bisa direvisi lah…hahaha…Gue juga sering kali ditolak..hahaha,, ini si ganteng juga pernah ditolak ma mojang kampung,,,hahaha… Dudung…? Ah, jangan ditanya” 

Ternyata raja-raja flirting pun pernah merasakan hal; yang sama dengannya, Jon seperti diberi nafas buatan. 

Tapi Jon tetap Jon. Masih sepengecut dulu. Meskipun sekarang dia tau banyak cewe yang tertarik dengannya, tetap saja dia pemalu. Tingkahnya inilah yang membuat cewe-cewe itu semakin tergila-gila dengannya. 

Tentang reinnisa. Jon masih setia memandanginya diantara kerumunan. Lempar-lemparan senyum sudah menjadi makanan sehari-hari mereka, buat Jon itu bagaikan suplemennya diantara kesibukannya mengurus organisasi. Buat Ica, itu kata hatinya yang entahlah sampai kapan bisa dia pendam. Sekarang, bukan fisik mereka saja yang menemukan chemistrynya masing-masing. Senyuman mereka juga tertular. 

Saat berpapasan berdua, Ica selalu berkata. “kalau jodoh mah ga kemana
Ah,,klasik..hahaha” jawab Jon. 

 Kurang lebih sebulan, setelah sejarah mencatat ditolaknya Jon oleh Reinnisa, Jon berpapasan dengan Reinnisa. Sudah sore, kampus lengang, angin tenang. Jon berinisiatif terlebih dahulu “Kalau jodoh mah ga kemana” tanda-tanda asmara mengembang…?

Reinnisa menggeleng, bibirnya dimanyunkan, namun guratan senyum tidak bisa dia tahan. “aaa,,,bukan mas Arjun. Kalau hati mah ga bisa diboongin 
Jon tertegun. Aneh mendengar ucapan Reinnisa, wajahnya menunjukkan kebingungan sangat.
Masih ga peka aja” Jawab Reinnisa antara kesel dan penasaran.
Ahhh, reinnisa..ngomong apaan sih..?” Jon benar-benar bodoh.
haha, reinnisa…?! Kemarin kayanya Ica deh manggilnya. Hehehe.
Jon tersenyum menahan malu.
Masih ga ngerti juga maksud Ica,,,eehh reinnisa maksudnya…?
Jon geleng-geleng.
Reinnisa cemberut, tapi Jon bukanlah solusinya. Kesabaran Reinnisa habis. “mas Arjun,,,aku putus sama Ucok” 

Jon seperti anak kecil menmdapat mainan baru, Tapi dia bingung harus berekspresi seperti apa.prihatinkah, senangkah…? “ow” Jon memilih ekspresi cool sembari mengangguk-angguk. 
Gitu doang ekspresinya…?”Reinnisa bener-bener dibuat kesel.
Dalam situasi ini, Jon tepat diberi predikat IDIOT. “trus, harus gimana dong…?”
Tanpa basa-basi busuk, Ica langsung membelakangi Jon, dan berjalan meninggalkannya. Jon, mana peka urusan beginian. Dia tertegun. 

Jarak 10 meter Ica menjauh darinya, Baru Jon bereaksi. Jon mengejar Reinnisa, sejurus tangan kanannya menggenggam paksa tangan Reinnisa. “Reinnisa

Reinnisa belum membalikkan wajahnya. Tapi Jon tau ada yang mau turun dari mata Reinnisa. Ironsnya Jon masih tertegun. Reinnisa adalah makhluk tuhan yang paling disakiti perasaannya mungkin hari ini di kampus ini. 

Reinnisa tak kuasa membendung air matanya lagi, sesenggukan dia menjudge. “Mas Arjun ga bener-bener suka sama Reinnisa  Tangannya dipaksa keluar dari genggaman Jon. 

Ting, Jon baru sadar, baru mengerti kemana arah pembicraan tadi. Refleks Jon menggapai kembali tangan Reinnisa. “Emang ga Reinnisa, Dulu sih suka, tapi sekarang…” Jon berhenti bicara. 

Dasar anak bau kencur yang sensitive, Reinnisa kembali berusaha kabur dari genggaman tangan Jon. Sayang usahanya gagal, Jon jauh lebih kuat darinya. “Udah ih, jangan kaya film india ah…” 

Kali ini jawaban Jon mengiris-iris hati Reinnisa. Keran air matanya dibuka full. “Sekarang, gue udah ga suka ma lo. Salah lo sendiri udah buat gue sayang ma lo” 

Sejurus, Reinnisa berbalik, cubitannya mendarat di tangan Jonn. “Ihhh, jahatttttttt….Ga bisa lebih lembut lagi ngomongnya….?

yahhh, kata-kata mah bisa boong, tapi hati mah ga bisa boong” Jawab Jon bangga. Matanya ingin menunjukkan bahwa dirinya cerdas. Kepengecutannya selama ini sirna sekaligus.
trus sekarang…?” Tanya Reinnisa
Jon kembali tertegun. Dan reinnisa kembali menghujatnya. “Tuh kan begonya dikeluarin lagi, capek ah sama Mas Arjun
Trus sekarang, gue temenin lo pulang, Reinnisa mau pulang kan…?” dengan santainya Jon menjawab. Jon menarik tangan Reinnisa untuk segera pulang.
AAAAAAAAAAAAHHH, MAKSUD GUE YA MAS ARJUNNN, INI HUBUNGAN KITA MAU DIBAWA KEMANA….?” Reinnisa tidak bisa menahan emosinya pada calon pacarnmya yang bodoh ini.
hahahahahahaha, kan dulu gue udah nembak lo. Anggap aja itu buat sekarang” 

Awalnya Reinnisa mengharapkan kejadian adegan romantis, atau paling ga standar cowo nembak cewe lah. Tapi mimpinya buyar, dia sudah tidajk mengharapkannya lagi. Yang jelas, dia tau pasti, hatinya menemukan belahan yang pas.
Jon, atau Mas Arjun. Nyalinya masih ga ada, ya, ini sebuah keberuntungan dia bisa jadian dengan Reinnisa. Tapi paling tidak, Jon sudah tau prosesnya. 

Heh, Arjun Sukmana, GUE MAU DITEMBAAAAK, KALO LO GA NEMBAJK GUE SEKARANG, LO BUKAN PACAR GUE” Mendadak Reinnisa menjadi liar.
Tapi Jon, masih santai menggandeng tangan Reinnisa. “Entar deh gue googling dulu gimana caranya nembak cewek”
Hahaha, keburu gue selingkuh Mas Arjun
Yakinn…?”
hehe, ga sih….” Kali Ini reinnisa yang memeluk tangan Jon erat-erat.
Jangan panggil gue mas lagi donk, berasa tua gue
Iya Arjun sayang,hahahahaahahah. Arjun,,,gue seneng lo dipanggil Ica
Ahhh, pasaran…Gue trauma sama nama Ica. Soalnya yang namanya Ica pernah nolak gue
Beginikah orang pacaran…? Apa begini adegan yang ada dalam bayangan Reinnisa…? Apa begini kelakuan Mas Arjun yang selalu dikaguminya selama ini…? Apa ini Arjun yang dia sebut pria ideal buat dia…?
Kata-kata mah masih bisa boong, tapi hati mah ga bisa diboongin. Gue sayang banget ma lo Arjun Sukmana

5 tahun kemudian. David dan Boy sumringlah, mendengar sahabatnya menikah. Ya, Arjun Sukmana resmi menjadi suami Reinnisa Ramadhani. 5 tahun yang tidak terasa lamanya bagi mereka berdua. Mau ga saling ngabarin seminggu, mau ga ketemu sebulan, mau Long Distance Relationship, mereka tetap langgeng.
Icaa, kamu ga takut Arjun selingkuh …?
hahahahahaa,,,selingkuh ma…?” Bisa pacaran ma Ica juga dia udah sujud sukur”
jangan somprol lho Ica, Arjun itu ganteng, pinter, baik lagi
Iya ma, Ica tau. Arjun ganteng, pinter, baik, tapi sayang dia pengecut kalau urusan cinta
“Bukan pengecut Reinnisa, tapi gue ngedeketin cewe, kalau gue bener-bener suka ma dia”
-