Jumat, 12 November 2010

Jon dan Problematika cintanya



“ya,,ya, saya seorang pemalu…”
“eeeuu,,bukan…pengecut…”
“Fuck”

Hahaha, Si Jon melamun dan bergerutu. Ow, lebih tepatnya meratapi nasibnya. si Jon memang langganan juru kunci di klasemen liga percintaan dia dan teman kostannya. 1 tahun  sudah dia putus dari Nadia, dan 1 tahun sudah dia dipecundangi teman-temannya. 

Jon dan Nadia. Sejarah menceritakan mereka adalah teman smp yang dipertemukan kembali di universitas ini, satu jurusan pula. Nadia cantik, cantik banget malah. Mereka pasangan yang serasi “Dulu mah Nadia masih culun, atuh cuman kenal Jon doang di kampus. Mau ga mau. Coba sekarang si Jon ngedeketin Nadia, boro-boro noleh si nadianya juga”. Itulah diskusi antara David dan Asep. Ow maaf bukan Asep, tapi Boy. Dia sedikit alergi dengan nama yang diberikan orang tuanya. “Nama yang tidak menjual” Begitu celotehnya.
David, namanya merefleksikan fisiknya. Dia keren. Bahasanya luwes. Posturnya yang tinggi dan kulitnya yang bersih terawat sudah cukup membuat anak bau kencur tertarik padanya sebelum dia flirting.”Maba yang ga suka sama David berarti cowok, kalau ga, HOMO  Penggalan status facebook dari Neisya. Maba standar yang sok cantik.

Jon menghentikan obrolan ringan tentang organisasi, Kupingnya geli-geli mendengar pernyataan dari maba di belakangnya “Ih, David ganteng banget ya. Kalo gue ma dia pasti bakalan jadi pasangan yang serasi  Ya, itu Neisya yang bicara, anak kostan menyebutnya Indo, Indo-neisya.
Yah neng, coba tanyain berapa banyak mantannya David, angkanya ga bakal jauh beda dari bulan atau mungkin hari dia pacaran. Dini, si mojang Cirebon 2 bulan, Dwita,mantan gadis sampul seminggu. Ow,,,Ratih…Finalis putrid Indonesia Jawa Barat, cuman 3 jam” Dan Si Jon hanya memberikan senyum prihatin ke anak bau kencur ini. 

Jon ga pernah iri dengan kelebihan yang David punya, atau marah dengan kelakuan David yang sering mencampakkan wanita. Karena dia tahu, satu senyuma Jon sudah cukup untuk membuat seorang cheerleader mengungkapkan perasaannya. Tanya David “Apa dia suka ma cewek-cewek kampus ini…?” Cuih, dia lebih memilih gadis desa yang lebih alami. “tapi namanya rejeki masa ditolak” Begitulah David yang selalu mensyukuri apa yang didapatnya. 

Beda dengan David. Asep a.k.a Boy adalah maniak, dia haus. Terlalu lembut menyebutnya Playboy, anak kostan lebih suka menyebutnya bajingan. Fatamorgana, itulah bagaimana bibirnya bekerja. Dia tawon yang selalu berucap cantik dan wangi pada mawar baru mekar, dan keesokan harinya dia berkata bahwa melati jauh lebih indah daripada mawar, seminggu kemudian  entah kenapa dia merayu raflesia arnoldi bagaikan setangkai edelweiss.  lagi pingin nyari yang jelek aja” Jawabannya membuat Jon tertawa miris, dan berkata “laknat” 

Tanpa fisik yang mumpuni, Jon berani bertaruh dialah raja flirting di kampus ini. Hanya bermodal bibir, maka cewe bermobil pun rela menyupirinya, maklum Boy ga bisa nyetir. Untuk mantan-mantan Boy, Jon menyebutnya korban, namun untuk mantan-mantan david, Jon menyebut mereka ambisius.
Kami sekostan, tinggal menunggu hari-hari dimana korban-korban Boy membuat page “Anti Boy-playboy laknat”. Atau mungkin laki-laki yang pacarnya direbut Boy akan membuat page “Ganyang Boy
“Ya sudahlah, apapun yang mereka lakukan. Mereka tetap teman baik gue. Walaupun terkadang gue harus menanggung caci maki yang mantan mereka muntahkan” Jawaban diplomatis jon ketika ditanya tentang kedua sahabatnya itu. 
***

Di samping SBA, Jon sedang mengurusi organisasi. Hal tidak penting bagi Boy dan david. 

“Jonnnnn……Ngapain sih lo ngurusin yang begituan…?” “Liat sekarang, cewe ga punya, kuliah berantakan” David dan Boy berteriak dari kejauhan, mereka  memang kompak. Jon Cuma bisa menaikkan jari tengahnya.
Ketika bukan bagiannya bicara, Jon mencuri pandang ke gerombolan gadis yang lewat didepannya, junior jurusan dan organisasinya. Reinnisa, satu dari sekian banyak kurcaci itu telah memaksa Jon buat curi-curi pandang. 

Jon ingat betul awal pertemuannya dengan reinnisa di organisasi. Jon memang ujung tombak organisasinya, junior yang ga tahu namanya adalah musrik di organisasi ini. 

Mas Arjun” Sapa reinnisa, senyumnya mengheningkan kesibukan Jon, jarang ada junior yang menyapa nama aslinya. Ya, Jon sadar reinnisa cantik, memang lebih cantik Nadia sih. Tapi tetap saja mengakukan gesture tubuh Jon. Ukuran 5 detik Jon terdiam, sedikit menggigit bibirnya. “Hei  Dingin sekali jawaban Jon. Entah apa yang dipikirkannya selama itu, kalau hanya akan menjawab hei. 

Mendapat jawaban Hei, Reinnisa melanjutkan perjalanannya gontai. Sebuah senyum malu-malu mengakhiri adegan hari tersebut. Adegan terpaksa dipotong karena Boy merusak mood Jon. Sejurus wajah kesompralan Boy menggantikan senyum bidadari reinnisa. “lumayan, 7,5. Reinnisa namanya. Tadinya dia incaran gue, tapi gue ga akan tega ngembat temen sendiri”.

Fuck, beauty and the beast. Boy laknat” gerutu Jon. 

Di kostan, Jon menjadi samsak anak-anak. Segala teknik mereka keluarkan untuk memancing Jon mengungkapkan perasaannya tentang Jon dan reinnisa. Akhirnya Jon K.O kena uppercut Boy. “Kalo lo ga ngaku, gue sumpahin ga bakal kawin lo seumur hidup”.
 
Lucu Jon,,sikattt  Dengan satu pukulan di punggung Dudung memecah lamunan Jon. 

Dudung, hahaha… kadang-kadang Jon geli melihat tingkah temannya ini. Lebay selebay-lebaynya. Tapi dia menopengi diri dengan kata gentleman. Marsya-katanya sih indo- tapi anak kostan sering memanggilnya Indomie, “ga nahan liat rambutnya, ngriwil”. 

kalau dikumpulin, ada kali sekebon si Marsya dapet bunga dari Dudung setaun ini” Love at the first sight dalih Dudung saat ditanya kenapa betah nguber-nguber si Marsya dari semester 1. Saat orang menggunakan facebook untuk berkomunikasi, Dudung dengan pede-nya mengirim surat cinta murni tulisan tangan pada Marsya. “Biar romantis, cewek seneng diginiin” Itu menurut Dudung, tapi hanya Marsya dan Tuhan yang tau kemana tumpukan surat-surat itu. Jon & David pernah menemukan salah satu surat cinta Dudung jadi wadah gorengan. “Miris cuuuukk” 

Ahhh, segala adegan romantis di film-film udah dicoba Dudung. Setelah lewat 2,5 tahun akhirnya Marsya luluh dalam pelukan Dudung. Jangankan mahasiswa, dosen, tukang parkir juga tahu kalau mereka jadian. Bayangkan sebuah poster berukuran 24 r bergambar dirinya dan Marsya dicetak dan DIPAJANG di ruang publikasi kampus. Romantis cekallli….

Itu percobaan yang ke55 bego. Kalau ga gara-gara ngancem terjun dari wall climbing juga ga bakalan diterima ma Marsya” Kata teman baik Dudung. “baru sehari pacaran juga putus gara-gara poster, ga tau deh dia pake adegan film apalagi buat balikan ma Marsya

Santai Jon, entar gue pinjemin dvd film-film romantis. Lo cobain ke Reinnisa, Gue jamin sukses. Buktinya Gue jadian kan ma Marsya” Dudung memberi advice bermutu.  Jon bingung, bagaimana dia harus menahan tawanya. Dia menggigit bibirnya, mengangguk-anguk seakan-akan salut pada Dudung.

Gini Jon, cewe itu suka dimanja, Marsya klepek-klepek kan gara-gara Gue manjain terus. Lo liat kan gimana Gue mengagung-agungkan dia sebagai wanita” Lanjut dudung berapi-api, setengah sombong, dan setengah lagi tidak tau malu. 

Jon kehabisan akal, tanpa menjawab apa-apa, Jon kabur meninggalkan Dudung. Teriakan dudung tidak dihiraukannya. Dia terlanjur asik tertawa, terbahak-bahak.
***

Obrolan dengan dudung benar-benar membuat Jon ceria, di perjalanan pulang senyumnya masih nongol satu-dua. Senyumnya tiba-tiba mereda, sekitar 5 meter darinya, Jon melihat Reinnisa keluar dari pakilun, masih asik ngobrol tampaknya dengan Arsy. 

Jon menghela nafas panjang, jantungnya berdegup kencang sekali. Mustahil Reinnisa tidak menyapanya kalau dia lewat. Jon sedang konflik batin, antara cuek jalan memasrahkan segalanya pada Tuhan Yang Maha Esa, menunggu Reinnisa jalan duluan, atau menyebrang sehingga mereka tidak papasan. 

kalo lo ketemu lagi ma Reinnisa ya Jon, ajak ngobrol, sok akrab aja. Ga mungkin dia nolak, secara lo kan seniornya, disegenin lagi” Jon mengingat-ngingat anjuran Boy. “Ahhh, terlalu frontal, Gue ga punya mental” sanggah Jon. 

Jon, tinggal petikin bunga, peduli amat deh bunga apa, kasih ke Reinnisa, beres” Jelas itu anjuran Mr.romantis, Dudung. “Ahhh, geli gue” 

Reinnisa Jon ya, Lo ga perlu ngapa-ngapain. Biasa aja, sekali senyum doing, beres semua” Ya, saran Davivd memang yang paling realistis. “Ya, David mah ganteng, da Gue, apa kabar…?” 

Entah idealis, kaku atau bodoh. Jon tidak memilih anjuran teman-temannya itu. Dia memilih menyeberang  jalan dan pura-pura tidak melihat Reinnisa, tapi sangat berharap Reinnisa menolehnya. Takut disapa, Tapi ingin Reinnisa mengejarnya. 

Apa yang terjadi, nol besar, min bahkan. Reinnisa jalan bareng Ucok teman seangkatannya, junior Jon juga.  Di sebelah kanan, Jon Cuma menghela napas, pasrah. Tapi di sebelah kirinya, bayangan David, Boy dan Dudung  menertawainya puas sekali.”Lebbbboookkk tahhh gengsi” 

Jon ga ingat lagi tentang kebahagiannya menertawai Dudung tadi. Pikirannya Cuma satu, kostan tanpa lirik kanan-kiri lagi. Gerakan dipercepat. 

Mas Arjunnnn….” 

Jon seperti akrab dengan suara itu. Ragu-ragu, Arjun menoleh kea rah kiri.  Mobil dan motor lalu lalang  menghalangi pandangan Jon. “Mas Arjun  Samar terlihat senyum Reinnisa. Jon memutuskan hanya akan melemparkan senyum dan melanjutkan kepada Reinnisa. Karena disampingnya masih bertengger si Ucok. Kalau saja photoshop, Jon berencana mengkrop muka si Ucok. 

Sayang brother, planning Jon gagal. Ketika mobil dan motor lengang, Reinnisa memutuskan untuk menyeberang menghampiri Jon. Sebenarnya pemandangan yang biasa terjadi untuk Jon ketika junior menghampirinya. Ya, Jon dikagumi sebagai senior yang ngemong. “tapi jangan Reinnisa atulah” gerutu Jon dalam hati. 

Skak mat, Jon terpaku menunggu Reinnisa nyebrang. Jangan berharap ada adegan romantis, ketika Jon membantu Reinnisa nyebrang. Untuk menahan degup jantungnya saja, Jon sudah kehabisan akal. 

                Di belakang Reinnisa, menyusul si Ucok. Jon sedikit bernafas lega, karena ada si Ucok yang bisa dijadikan pengalihan. Tapi Jon takut kalau dia kalah mental dengan Ucok. Hidupnya penuh dilemma di 20 menit terakhir ini. 

Mau kemana mas…?” Tanya Reinnisa. Gadis ini seakan-akan enggan menanggalkan senyuman khasnya. Ow, mungkin dia bangga dengan lesung pipitnya. 

Mau pulang  Jawab Jon singkat. Jon bingung, entah kemana nyalinya sembunyi, hanya berbicara dengan juniornya saja yang notabene kagum padanya jantung Jon terus berlarian. “Sama rektor aja gue ga setegang ini ngomongnya, biasa aja Jon, santai” Begitu cara Jon menymangati dirinya sendiri. 

Bareng aja atuh ke bawahnya” 

Tanpa jawaban, Jon hanya mengangguk. Penyemangatan dirinya tanpa hasil saudara-saudara. Ucok berhasil nyebrang dengan selamat, Jon, reinnisa dan Ucok berjalan bersama-sama. 

Selama perjalanan, Jon lebih banyak diam. Saat Ucok ngobrol dengan Reinnisa, Jon senang karena dia bebas menatap Reinnisa, tapi saat dia ngobrol dengan Reinnisa, Jon hanya menjawab singkat, padat, dan jelas. Saat Jon ngobrol dengan Ucok, giliran Reinnisa yang melirik-lirik kagum pada Jon. 

Sadar betul situasi tersebut,  Jon mulai memanfaatkan situasi. Dia lebih banyak ngobrol dengan Ucok, Umpan dilepas. dengan satu pengharapan, mata belog Reinnisa meliriknya, ikan memakan umpan, Reinnisa mulai terkagum-kagum dengan isi obrolan on, Ikan nyangkut di kail. 1, 2, 3, tarik pancingnya sooob… Akhirnya mata mereka terpaut. Reinnisa tidak memalingkan wajahnya sedikitpun, mentalnya lebih kuat untuk urusan begini. Sementara Jon mulai menatap lekat-lekat Reinnisa. Sekedipan, Reinnisa menyipitkan mata, tulang pipinya naik, lesung pipitnya menyekung. Satu senyum mendarat di kelopak mata Jon. 

Jon K.O. dia menurunkan pandangannya. Dan melanjutkan obrolan dengan Ucok. Entah cacian macam apa yang akan dia dapatkan jika teman kostannya tahu kondisi ini.
***

Nadia, mungkin satu-satunya orang yang mengerti pemikiran  Jon. Sejujurnya dia masih menaruh harapan besar pada Jon. “Buat aku, kamu tetep calon suami ideal aku. Mungkin aku yang bukan calon istri ideal buat kamu. Aku pingin kamu cepet nyari pacar baru, percaya ma aku, cewe manapun susah buat bilang ga sama kamu”. Ya, Nadia tau betul dari SMP Jon menaruh rasa padanya. Setiap hari doa Nadia yang saat itu masih labil-labilnya hanya satu. “Tuhan, tolonglah Jon, agar dia berani menyatakan cintanya padaku”  Ya, doa Nadia memang terkabul, tapi setelah menunggu 5 tahun. Saat Nadia sudah punya 5 orang mantan pacar. 

Arjun sayang,,,,kamu itu ganteng…kurang…?”, “Kamu tau, dulu aku capek pacaran ma kamu. Capek batin. Kamu tau, Fifie suka sama kamu…?”, “Ajeng, Tisya, Echa, Echi, Ucil, Ichul, mereka semua suka sama kamu” Begitulah cara  Nadia memompa keberanian Jon yang tampaknya selalu kemps, bocor sepertinya. Nadia realistis, semua yang dibilang bukanlah rekayasa. Nadia yakin, dirinya akan sedikit sakit hati kalau Jon punya pacar lagi. “Iya, gue cinta banget sama Arjun. Tapi gue ga mau ada Nadia-Nadia kedua, yang harus nunggu Arjun sampai 5 tahun. Kasian gue ma cewek-cewek itu

Lo itu ganteng Arjun….ya biarpun ga seganteng gue sih…Tapi gue ga bakalan ngembat reinnisa. Lo tau selera gue kan…hahaha” Itu kata david

Hei Jon,,,,beuntaaaaa (buka mata)….Lo juara public speaking, jago orasi. Masa ngomong ma Reinnisa aja ga berani. Lo ya, secupu-cupunya banci, masih cupuan ELO…” Itu menurut Boy

Jujur ni ya Jon, tapi lo jangan geer. Lo itu baik banget jadi orang” Pengakuan dari Putra. 
Begitulah ungkapan kegemesan Nadia, David, Boy, Putra, dan mungkin masih banyak lagi, 

Reinnisa kayanya ga beda jauh dengan Nadia. Jail. Dulu, waktu SMP. Setiap hari Nadia selalu lari-lari kecil di pikiran arjun. Sekarang Reinnisa, bukan lari-lari kecil lagi, jogging bolak-balik di pikiran Jon. Dari perspektif empiris, berarti kesimpulan yang dapat ditarik adalah “5 tahun lagi adalah saat Jon berani menyatakan cinta pada Reinnisa

“fuccccckkkk” Jon menyerah. Akhirnya dia menanggalkan harga dirinya di hadapan teman-teman kostannya. “ganteng, udah. Pinter, udah. Baik, udah. Terkenal, udah. Terus gue kurang apalagi….?” Jon benar-benar menumpahkan perasaannya tentang wanita. Sejarah mencatatnya. 

serempak, kompak, seirama dan sekeras-kerasnya. “Nyaliiiiiiiii

Segudang cerramah dan dakwah jadi santapan hari-hari Jon berikutnya. Dari ceramah berubah menjadi ledekan. Dari ledekan berkembang lagi menjadi umpatan. Setelah umpatan, anak kostan K.O… Ya, Jon tetaplah Arjun. Culun. Hanya bisa memandangi reinnisa dari kerumunannya.
***
Hari ini, Joon benar-benar gelisah. Seharian dia belum keluar kamar. Segala panggilan diacuhkannya, sampai Ibu kostan yang menagih duit listrik pun harus bertingkah seperti orang bodoh, mengetuk-ngetuk tanpa mendapat jawaban. 

Kemarin, Jon mendapati Reinnisa dirangkul Ucok, mesra sekali…Tadi, Jon mimpi ada seekor macan gagah berani yang meratapi nasibnya.Dia berhasil menjadi yang paling disegani seantero hutan, predikat yang diidam-idamkan macan lain, tapi sayang, tidak ada yang membuatkannya teh di pagi hari.

Jam 8,lebih sedikit. Jon keluar kamar. Tidak ada yang istimewa darinya meskipun telah bertapa setengah hari. Wajahnya pun seperti biasanya, datar. Tanpa basa-basi Jon langsung keluar kostan. “makan dulu bentar…” anak-anak bereaksi. Mereka menyilangkan telunjuk di dahi mereka. 

Di luar gerimis. Sedikit plin-plan, akhirnya Jon memutuskan untuk melanjutkan niatnya. 

Hei. Reinnisa. Entar malem jam 8 ada waktu kan. Ketemuan di hipotesa ya” Reinnisa memegang hapenya erat-erat. Berulang kali dia membaca sms itu dari siang sampai sekarang dia sedang menunggu di Hipotesa. Masih belum yakin dengan makna pesan singkat tersebut. Reinnisa takut, takut kalau Jon benar-benar menaruh perasaan padanya. Ya, secara dia baru jadian 2 hari sama Ucok. Tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Reinnisa terbang ke langit ketujuh, apa yang diimpikannya terwujud. “ni orang bener-bener ngeselin. Kenapa ga dari dulu kaya gini”

Jon sampai di Hipotesa, basah tapi tidak kuyup.
Ihh, mas Arjun ko ga pake payung sih…?” Tanya Reinnisa lsedikit sensitive. 

Entah karena  bajunya basah atau karena jantungnya berdegup kencang sekali. Jon gemetar. “Tuh kan, gemeteran  Jon Cuma melempar senyum khasnya, kemudian duduk bertatapan dengan reinnisa.
udah lama…?” Tanya Jon gemetaran. Ternyata hujan membawa berkah buat Jon, hujan adalah alibi terbaik saat ini.
ga baru kok mas Arjun” jawab reinnisa segan.
Udah mesen makan
Udah mas, mas pesen gih. Maem yang berkuah gra biar anget badannya”. Ow, reinnisa begitu perhhatiannya terhadap seniornya ini.
Jon gelagapan, hanya anggukan dan senyuman manis yang bisa dia berikan. 

Makanan sudah habis. Tidak banya topic yang mereka perbincangkan. Bisa dihitung dengan jari, jari tangan kanan doang malah. Awalnya Reinnisa berpikir “Ihhh, Mas Arjun bener-bener paling bisa buat orang penasaran” Tapi lama-kelamaan pikirannya berubah “Ini kencan yang paling membosankan seumur hidup gue…. Ni orang mau ngomong apa sih….? “ Ya, wajar aja, setengah jam lebih mereka tidak saling bersuara. 

Akhirnya Jon menghela nafas panjang. “Boleh gue panggil Ica aja…?”
Dari manyun berubah menjadi senyum, Reinnisa benar-benar antusias dengan lelaki pengecut ini. Senyuman manisnya menjadi bentuk persetujuannya. 

Eeee, jujur ni ya. Ica cantik…euuu, lucu deh…
Aaaa, cewek kampus mana yang ga mabok diginiin sama Arjun Sukmana. Reinnisa menyembunyikan mukanya sedikit,kembali melempar senyum. “trus

Ya, physicly gue tertarik ma Lo ca” Jon merasakan lidahnya berat sekali..
ow,,,iya…trus…?” Pintar, pintar sekali Ica menutupi apa yang dirasakannya dan apa yang diimpikannya selama ini.  Merasa diatas angin, Ica bertingkah “ngeselin”
Jon gelagapan tiada dua. Feelingnya buruk, Apa yang ditakutinya selama ini seakan-akan hadir di depan matanya. Junior yang selama ini kagum padanya mendadak dingin. “Euuu,,euuu” lama sekali Jon tergagap. Dia tahu betul apa yang ingin dan seharusnya diucapkannya.
 Reinnisa melunak. “Mas Arjun…”Jon menghentikan kegagapannya.

Selayaknya film-film romantis, maka gerimis berubah menjadi hujan.
Eeeuu, ga usah dipaksain. Ica tahu Mas Arjun mau ngomong apa” Ica menengahi kegalauan hati Jon
***
Kata-kata Ica masih terngiang jelas. Bukan berlari-lari dipikirannya, tapi menggerogoti jantungnya kini. “Ica ga tau gimana caranya minta maaf. Eu,,,Mas Arjun punya segalanya yang Ica mau. Jujur Ica kagum ma Mas Arjun…Okeee, Ica ngaku physicly, mungkin Ica lebih dulu naksir ke Mas Arjun. Kepribadian Mas Arjun, itu membuat Ica hamper gila. Tapi, Ica cewe Mas, lebih sensitive daripada Mas. Ica ga ngreasa dapet respon dari Mas Arjun selama ini, Ica pikir Ica bertepuk sebelah tangan. Jadi, jangan salahin Ica, kalau Ica lebih milih cowok lain, yang mungkin jauh kualitasnya dibawah Mas Arjun. Yang penting dia bisa ngungkapin apa yang dirasakannya secepat dia bisa. He isn’t the best but He is the right man at the right place

Haaaa, Jon galau segalau-galaunya. Ternyata apa yang dibicarakan teman-temannya selama ini tentang dia adalah palsu. Ganteng, pinter, baik, terkenal, ga ada gunanya. Tapi dia benar-benar mengakui kalau dia pengecut. 

Kalau jodoh mah ga kemana mas” Begitulah salam selamat tinggal Ica tadi dibawah payungnya. Dia menggigit bibirnya, Jon tau betul, ada perasaan yang masih dipendam Ica. Jon tertegun, bagaimana bisa, Ica yang selama ini dianggapnya hanya anak bau kencur bisa berkata sedemikian bijaksananya, bisa sebegitu pekanya, bisa sebegitu beraninya. 

Jon tau, ada rasa yang dipendam Ica, dan Jon sadar ada kata-kata yang belum diungkapkannya. “”Hey, Reinnisa, asa ga afdol kalau belom ngomong, biarpun gue tau jawabannya apa, Gue suka ma lo. Siaall, sekarang gueudah jatuh cinta ma kepribadian lo.”

Jon merasa lega setelah mengirim sms itu. Dia tidak peduli apa balasan Reinnisa. Sekarang beban yang selama ini ditanggungnya lepas sudah. Tapi Reinnisa masih menggantung erat di hatinya. Jon tidak ragu untuk berbagi cerita dengan teman sekostannya, dia tidak peduli ledekan stadium berapa yang akan didengarnya. 

Aneh, apa yang dipikirkannya meleset. “Nah,,,gitu dong Jon. Yang penting prosesnya sob. Hasil mah, masih bisa direvisi lah…hahaha…Gue juga sering kali ditolak..hahaha,, ini si ganteng juga pernah ditolak ma mojang kampung,,,hahaha… Dudung…? Ah, jangan ditanya” 

Ternyata raja-raja flirting pun pernah merasakan hal; yang sama dengannya, Jon seperti diberi nafas buatan. 

Tapi Jon tetap Jon. Masih sepengecut dulu. Meskipun sekarang dia tau banyak cewe yang tertarik dengannya, tetap saja dia pemalu. Tingkahnya inilah yang membuat cewe-cewe itu semakin tergila-gila dengannya. 

Tentang reinnisa. Jon masih setia memandanginya diantara kerumunan. Lempar-lemparan senyum sudah menjadi makanan sehari-hari mereka, buat Jon itu bagaikan suplemennya diantara kesibukannya mengurus organisasi. Buat Ica, itu kata hatinya yang entahlah sampai kapan bisa dia pendam. Sekarang, bukan fisik mereka saja yang menemukan chemistrynya masing-masing. Senyuman mereka juga tertular. 

Saat berpapasan berdua, Ica selalu berkata. “kalau jodoh mah ga kemana
Ah,,klasik..hahaha” jawab Jon. 

 Kurang lebih sebulan, setelah sejarah mencatat ditolaknya Jon oleh Reinnisa, Jon berpapasan dengan Reinnisa. Sudah sore, kampus lengang, angin tenang. Jon berinisiatif terlebih dahulu “Kalau jodoh mah ga kemana” tanda-tanda asmara mengembang…?

Reinnisa menggeleng, bibirnya dimanyunkan, namun guratan senyum tidak bisa dia tahan. “aaa,,,bukan mas Arjun. Kalau hati mah ga bisa diboongin 
Jon tertegun. Aneh mendengar ucapan Reinnisa, wajahnya menunjukkan kebingungan sangat.
Masih ga peka aja” Jawab Reinnisa antara kesel dan penasaran.
Ahhh, reinnisa..ngomong apaan sih..?” Jon benar-benar bodoh.
haha, reinnisa…?! Kemarin kayanya Ica deh manggilnya. Hehehe.
Jon tersenyum menahan malu.
Masih ga ngerti juga maksud Ica,,,eehh reinnisa maksudnya…?
Jon geleng-geleng.
Reinnisa cemberut, tapi Jon bukanlah solusinya. Kesabaran Reinnisa habis. “mas Arjun,,,aku putus sama Ucok” 

Jon seperti anak kecil menmdapat mainan baru, Tapi dia bingung harus berekspresi seperti apa.prihatinkah, senangkah…? “ow” Jon memilih ekspresi cool sembari mengangguk-angguk. 
Gitu doang ekspresinya…?”Reinnisa bener-bener dibuat kesel.
Dalam situasi ini, Jon tepat diberi predikat IDIOT. “trus, harus gimana dong…?”
Tanpa basa-basi busuk, Ica langsung membelakangi Jon, dan berjalan meninggalkannya. Jon, mana peka urusan beginian. Dia tertegun. 

Jarak 10 meter Ica menjauh darinya, Baru Jon bereaksi. Jon mengejar Reinnisa, sejurus tangan kanannya menggenggam paksa tangan Reinnisa. “Reinnisa

Reinnisa belum membalikkan wajahnya. Tapi Jon tau ada yang mau turun dari mata Reinnisa. Ironsnya Jon masih tertegun. Reinnisa adalah makhluk tuhan yang paling disakiti perasaannya mungkin hari ini di kampus ini. 

Reinnisa tak kuasa membendung air matanya lagi, sesenggukan dia menjudge. “Mas Arjun ga bener-bener suka sama Reinnisa  Tangannya dipaksa keluar dari genggaman Jon. 

Ting, Jon baru sadar, baru mengerti kemana arah pembicraan tadi. Refleks Jon menggapai kembali tangan Reinnisa. “Emang ga Reinnisa, Dulu sih suka, tapi sekarang…” Jon berhenti bicara. 

Dasar anak bau kencur yang sensitive, Reinnisa kembali berusaha kabur dari genggaman tangan Jon. Sayang usahanya gagal, Jon jauh lebih kuat darinya. “Udah ih, jangan kaya film india ah…” 

Kali ini jawaban Jon mengiris-iris hati Reinnisa. Keran air matanya dibuka full. “Sekarang, gue udah ga suka ma lo. Salah lo sendiri udah buat gue sayang ma lo” 

Sejurus, Reinnisa berbalik, cubitannya mendarat di tangan Jonn. “Ihhh, jahatttttttt….Ga bisa lebih lembut lagi ngomongnya….?

yahhh, kata-kata mah bisa boong, tapi hati mah ga bisa boong” Jawab Jon bangga. Matanya ingin menunjukkan bahwa dirinya cerdas. Kepengecutannya selama ini sirna sekaligus.
trus sekarang…?” Tanya Reinnisa
Jon kembali tertegun. Dan reinnisa kembali menghujatnya. “Tuh kan begonya dikeluarin lagi, capek ah sama Mas Arjun
Trus sekarang, gue temenin lo pulang, Reinnisa mau pulang kan…?” dengan santainya Jon menjawab. Jon menarik tangan Reinnisa untuk segera pulang.
AAAAAAAAAAAAHHH, MAKSUD GUE YA MAS ARJUNNN, INI HUBUNGAN KITA MAU DIBAWA KEMANA….?” Reinnisa tidak bisa menahan emosinya pada calon pacarnmya yang bodoh ini.
hahahahahahaha, kan dulu gue udah nembak lo. Anggap aja itu buat sekarang” 

Awalnya Reinnisa mengharapkan kejadian adegan romantis, atau paling ga standar cowo nembak cewe lah. Tapi mimpinya buyar, dia sudah tidajk mengharapkannya lagi. Yang jelas, dia tau pasti, hatinya menemukan belahan yang pas.
Jon, atau Mas Arjun. Nyalinya masih ga ada, ya, ini sebuah keberuntungan dia bisa jadian dengan Reinnisa. Tapi paling tidak, Jon sudah tau prosesnya. 

Heh, Arjun Sukmana, GUE MAU DITEMBAAAAK, KALO LO GA NEMBAJK GUE SEKARANG, LO BUKAN PACAR GUE” Mendadak Reinnisa menjadi liar.
Tapi Jon, masih santai menggandeng tangan Reinnisa. “Entar deh gue googling dulu gimana caranya nembak cewek”
Hahaha, keburu gue selingkuh Mas Arjun
Yakinn…?”
hehe, ga sih….” Kali Ini reinnisa yang memeluk tangan Jon erat-erat.
Jangan panggil gue mas lagi donk, berasa tua gue
Iya Arjun sayang,hahahahaahahah. Arjun,,,gue seneng lo dipanggil Ica
Ahhh, pasaran…Gue trauma sama nama Ica. Soalnya yang namanya Ica pernah nolak gue
Beginikah orang pacaran…? Apa begini adegan yang ada dalam bayangan Reinnisa…? Apa begini kelakuan Mas Arjun yang selalu dikaguminya selama ini…? Apa ini Arjun yang dia sebut pria ideal buat dia…?
Kata-kata mah masih bisa boong, tapi hati mah ga bisa diboongin. Gue sayang banget ma lo Arjun Sukmana

5 tahun kemudian. David dan Boy sumringlah, mendengar sahabatnya menikah. Ya, Arjun Sukmana resmi menjadi suami Reinnisa Ramadhani. 5 tahun yang tidak terasa lamanya bagi mereka berdua. Mau ga saling ngabarin seminggu, mau ga ketemu sebulan, mau Long Distance Relationship, mereka tetap langgeng.
Icaa, kamu ga takut Arjun selingkuh …?
hahahahahaa,,,selingkuh ma…?” Bisa pacaran ma Ica juga dia udah sujud sukur”
jangan somprol lho Ica, Arjun itu ganteng, pinter, baik lagi
Iya ma, Ica tau. Arjun ganteng, pinter, baik, tapi sayang dia pengecut kalau urusan cinta
“Bukan pengecut Reinnisa, tapi gue ngedeketin cewe, kalau gue bener-bener suka ma dia”
-

Jumat, 29 Oktober 2010

Aku bukanlah munafik untuk mengakui bahwa aku melankolis..
pikiranku tak malu saat dicap mendayu
Hatiku tak pernah segan untuk berkeluhkesah, karena dia sangat sensitif..
Dan aku tidak sombong mengatakan bahwa aku seorang pengkhayal yang jenius..
....................................................................................................................................................................
Suatu saat dan sebuah rutinitas sepertinya. Tubuhku berontak untuk segera beraktifitas, tapi apa daya, pikiranku belum mengamini. Akhirnya tubuh ini hanya bisa mengeluh, duduk bungkuk, paha menekuk, dan tanganku menopang berat kepalaku. Sekejap mataku nanar memandang, hidungku tak kuasa untuk menghela.

Dan akhirnya aku lunglai pada pikiranku, lamunanku, imajinasiku, kekuatanku !

Aku kembali terperosok pada kekuatan yang terkadang membuatku menjadi seorang pecundng yang tentatif..

Aku tak protes, karena aku sangat menikmatinya. Dan sekelebat siluet menyeruak masuk ke dalam mataku. Aku tidak menolak karena aku penasaran.

Karena di dunia khayalanku, aku si maha sempurna. Bagaikan film action hollywood, aku tidak takut siapapun, dan pada akhirnya aku selalu menang. Tapi aku tidak senang dengan kemenangan mudah, aku butuh banyak tangisan dan darah untuk menyempurnakan naskah yang kubuat sendiri. Demi memuaskan hatiku yang selalu memperbudak pikiranku saat aku menjadi makhluk individu, bukan makhluk sosial.

Siluet itu membelakangiku, tak ingin menyapaku sedikitpun. Ow fuck, tapi aku telah tergila-gila padanya meski dia tak memandangku. Saat sinar yang tiba-tiba meredup, merubah siluet itu menjadi sebuuah sosok yang masih samar !

Seorang perempuan, aku yakin betul dari setiap jengkal lekukan tubuhnya.Ternyata hanya Perempuan standar yang pada dunia nyata hanya aku beri nilai 6, paling tidak belum terdegrdasi. Namun aku seorang pengkhayal yang jenius. Kupejamkan matku, dan saat aku melek kembali, aku bahagia melihat rambut panjang sepunggungnya dipermainkan angin, sampai terkadang tengkuknya tersenyum kepadaku..

Ow Tuhan ! Kau mempermankan pikiranku !

Untuk beberap saat, dia bagaikan detak jantungku. Terus berjalan-jalan dipikiranku. kadang pelan-kadang cepat. Dinamis sekali. Dan aku percaya, saat sosok itu menghilang, khayalanku tidak bernafas, dan aku harus kembali menjadi makhluk sosial.

Sebuah surga yang menakutkan, surga dengan iblisnya yang menawan! Tapi aku sangat menikmatinya

Ow.
Deguppan jantungku melemah, aku sadar, sebentar lagi sosok itu akan menghilang. Aku gelisah.
Sangat..!

Dan....
Pikiranku menyiksa jiwaragaku. Aku kehilangan lamunanku. Entah kenapa !

Hatiku ngambek parah, dan memaksa pikiranku untuk kembali pada khayalan yang tadi. What a looser man is it..?! i don't know, but i really know, it's me. A missing part of me.

Dan pikiranku mencoba untuk kembali ke alamnya yang tadi. Keras sekali dia mencoba, hingga akhirnya bisa.

Dan aku takjub, karena pikiranku memposisikan dirinya berhadapan dengan perempuan tadi. Layaknya balita, aku salah tingkah, (ow, bayangkan seberapa jeniusnya pikiranku, hingga aku terpaksa untuk mengalah akan khayalan yang diciptakan oleh pikiranku sendiri)

Ternyata dia seorang wanita, ah bukan, seorang gadis. Bukan, aku yakin wanita..

Perawakannya mencerminkan seorang wanita yang masih belum utuh. Tapi raut wajahnya berbicara bahwa dia seorang gadis kecil yang riang..aku bingung bagaimana harus menyapanya..

Manis....

Aku tersenyum, dia bilang lucu
Aku menyapanya, dia terenyum
Aku bertanya darimana asalmu, dia bilang hatimu
Aku tanya kenapa kau datang, dia bilang cinta
Aku tersenyum bahagia, dia bilang fatamorgana.

Dia maju selangkah mendekatiku, aku diam. Berdoa agar pikiranku masih memiliki cukup waktu untuk berkencan di dunia maya dengannya.

Aku bilang cantik, kau menyahut palsu
aku bilang manis, kau tersenyum."malu".

Ow Tuhan, biarkan pikiranku menyapa hatinya beberapa saat lagi ! Aku telah tergila-gila atas ciptaanku ini..

Aku terus memandanginya, dia bilang jangan
Aku mendekat, kau bilang gairah
Aku menghentikan langkahku, kau bilang pencundang !

Setan, aku dibodohi pikiranku.

Dia bicara. Aku udara. Kau hanya bisa merasakanku. Aku semu dalam wujud asliku. Aku ada di sekitarmu, tapi kau manusia sosial yang tidak peka, kau telah mengacuhkanku.. Kau mempermainkanku di alam nyatamu, tapi hatiku membalsmu lewat pikiranmu yang terlalu jnius..

Senyumnya memiris...

Aku telah mengikatmu, tidak dengan tali, tapi hati..

Aku terpaksa bertekuk lutut dihadapannya..
Aku minta maaf, kau bilang terlambat.

Aku bilang ingin, dia bilang nafsu
Aku berusaha mendekatinya, dia bilang selamat tinggal..

"Jiwaku telah meninggalkan dirimu, namun hatiku masih mencintai pikiranmu"..

Aku tersadar. Aku terkulai lemas. Benar-benar tidak berdaya. Aku tidak menyesal telah kehilangan khayalanku. Tapi aku tertegun karena kebodohanku.

Bahwa aku terlalu sombong sebagai makhluk sosial. Aku kurang mensyukuri apa yang aku dapatkan. Apa yang aku butuhkan ada semuanya di dunia ini, hanya aku diperbudak oleh waktu. Waktu itu adalah nafsuku. Aku terus menolak pensil saat aku butuh pulpen.

Tapi,, ya,,namanya manusia harus ada jeleknya emang.. Kalau bagus mulu. Tuhan atuh namanya..

Aku tidak menyesal karena terlanjur jenius dalam hal mengkhayal. Dan aku berbahagia, pikiranku menyadarkan duniaku.
..........................................................................................................

Kamis, 21 Oktober 2010

Budaya anarkis masyarakat berbudaya ramah dan gotong royong


Ow,,,skripsi ini pelan-pelan telah merubah pola hidup saya.Adzan subuh, waktu tetangga saya pada bangun, saya baru BERSIAP-SIAP untuk tidur. Ga heran, saya ga punya temen di kostan, pola hidup kita berbeda sob…! Hooh, alesan… Begadang sampai pagi, SEOLAH-OLAH  menjadi mahasiswa tingkat akhir yang sibuk mengerjakan revisi, mengejar deadline kelulusan. Hayangna sih kitu

                Biar kerasa euphoria skripsinya, komputer tetap saya nyalain. Duduk di depan komputer, sambil megang mouse, kalau keyboard sih entar aja kalau moodnya udah ada. Di sebelahnya tv tetep harus hidup, biar bisa penyegaran suasana niatnya. Tapi focus masih tetep ke computer, entahlah ngapain, yang penting focus aja ke computer. 

Tiap jam 1, kadang lewat dikit sih, biasalah Indonesia. Jadwal saya menghujat negeri ini. REDAKSI MALAM, gitu kalau ga salah namanya. Siaran tv yang akan menambah dosa saya tiap harinya,  Isinya : tawuran jeung tawuran we terus…! Mau preman rebutan lahan, anak-anak sma yang dengan labilnya berebut prestise, mahasiswa-mahasiswa yang sok idealis, supporter bola fanatic sempit yang menganggap klubnya melebihi sebuah agama, geng motor yang menurut saya ga pernah jelas apa motivasi hidupnya, pamong praja yang mungkin serbasalah memaknai jabatan dan hati nuraninya. Ya, siapapun subjeknya, temanya tetep gontok-gontokan. Kaya  teh botol juga lama-lama ni Indonesia. 

Saya bingung…kenapa…? kenapa harus begini acara televisinya…? 
Tv ga salah sih, malah saya berterimakasih karena saya tahu apa yang ditulis di buku ppkn atau manifestasinya itu salah besar…! Kalau saya jadi menteri pendidikan, saya ubah buku pelajaran tentang nilai-nilai yang masyarakat merah putih ini anut…! Indonesia. Dari sabang sampai merauke, bukan Cuma Indomie yang ada, tapi juga anarkisme. 

Dari kecil, saya didoktrin kalau saya adalah bagian dari bangsa yang ramah. Azas kita gotong royong. Oke, pak guru, ibu guru. Waktu itu saya lugu, lugu ya bukan bodoh. Saya percaya, dan berusaha nerapin. Dulu juga ga ada anarkisme-anarkisme sampah kaya gini di tv, ga tau deh, emang ga ada atau ga diekspose…?! Hanya Tuhan dan alm. Soeharto mungkin yang tahu. 

Sekarang, saat saya melabeli diri dengan sebutan mahasiswa. Gengsi dong kalau saya masih lugu aja. Saya nyobalah untuk seakan-akan kritis atas nilai-nilai di budaya Indonesia. Ow, yang dimaksud ramah adalah ketika orang menyapa dengan sebilah golok...? Oke. Kalau gotong royongnya sih saya masih percaya, ya buktinya kalau berantem pada ngajakin temen-temennya. Kalau sendiri mah atut…

Saya bingung. Salah…? 
Salahkah orang yang merumuskan nilai budaya Indonesia ini…? Apa mereka tidak benar-benar merekonstruksi kepribadian masyarakatnya sendiri...? Apa mereka sedang menjadi playboy yang menggombali generasinya dengan kata-kata manis ramah dan gotong royong….? Kalau Alm. Soekarno masih hidup, kasih saya kesempatan buat nanya hal ini di saat ini. 

Uang, oke fine. Karena receh, pengamen bisa berantem, kemudian bersambung dengan tawuran-tawuran lebay. Hidup memang semakin menjepit sekarang, saya tahu. Paham. Bapak ma ibu saya ada kali 100 kali ngomong gitu. 

Siapapun yang tawuran karena motif uang. Dengan hormat, saya mau nanya… “ Apa setelah tawuran, duit 1000,10 ribu atau berapalah itu yang kalian perebutkan akan kalian dapatkan…? “ Maaf pertanyaan saya beranak. “Oke, kalau kalian dapet duit itu, tapi dengan anggota tubuh kalian yang tergores, tertusuk atau hilang beberapa bagian, cukup duit itu buat ngebiayain mahalnya biaya rumah sakit kalian...? “Oke,,, mudah-mudahan cukup buat berobat,,,"apakah kalian ga takut dikeroyok kalau kalian jalan sendirian nantinya…?" Oke kalau kalian tekbal…! Apa kalian ga malu masuk neraka gara-gara berantem atau ngebunuh orang gara-gara ngerebutin duit sarebu…? 

Saya mah ogah,  GA ELITE SOOOOBBBB…..!!!!!!!!!!

Mending ayam, dia berantem gara-gara prestise…”Aing nu paling jantan mah….!!!!” Walaupun kejantanan merka dimanfaatkan beberapa orang untuk mengais rezeki…Paling ga, otak mereka ga materialistis. 

Saya bingung, mendekati gerah dengan kata prestise. (Maaf, analogi saya akan ayam diatas saya kesampingkan dulu. Karena kalian yang saya bingungkan saat ini adalah manusia yang ga akan mau disamakan dengan ayam). Penting emang, tapi ga mendesak sih kalau kata aa mah. Adik-adik saya, dengan angkuhnya mereka pecah jadi dua gerombol  bawa-bawa golok atau apa ajalah yang penting keras, dan praktis. Teriak-teriakan kaya yang merdu aja suaranya. Saling ejek, saling ayun senjata… Tapi ga ada yang berani MAJUUUUU……!!!! Beraninya cuman lempar-lempaan batu. Ngapain atuh bawa-bawa senjata kalau ga dipake mahhh…mending sekalian bunuh-bunuhan biar berkurang sekalian beban orang tua kalian… Calon-calon petinju kayanya nih adik-adik saya, tapi petinju beregu. 

Saya bersyukur hidup di lingkungan Bali yang pada saat itu masih aman-aman saja. Ga masalah saya dibilang ga gaul karna ga pernah tawuran, atau ga jantan karena ga punya luka codet di muka. Seneng malah, saya masih keliatan ganteng sampai sekarang. 

Ga bisa dik ya…? Kalian salurin tenaga kalian ke hal-hal yang membuat kalian semakin dekat dengan surga (ahh, terlalu berat buat anak sma zaman sekarang kayanya), minimal membuat orang tua kalian senanglah. Liat nih, Indonesia yang penduduknya banyak bener, sampai perlu dana besaaar sekali buat sensus penduduk kalah maen bola sama singapur yang, (sori) yailah ditiup juga terbang negaranya sak penduduk-penduduknya kabeh. Cuma perlu 11 orang anak muda,,,11… dari sekian banyak remaja-remaja yang luka gara-gara tawuran…    

MAHASISWA...!oi, kalian yang punya derajat dan taraf hidup paling membahagiakan selama hidup kalian. Kalian yang di zaman penjajahan sangat dielu-elukan masyarakat karna buah pikiran kalian. Kalian yang katanya pintar atau cerdas mungkin….Ngapain sih kalian harus tawuran antar jurusan….? Harus demo sampe berantem ma polisi….? Tahu polisi bawa senjata masih juga dilawan. Mahasiswa yang sangat berkepribadian……!

                Jujur, saya gerah sekaligus takut dengan kondisi Indonesia saat ini. Kayanya besok saya pasnag tekbal juga nih. Daripada mati sia-sia. Mati juga harus gaya, motif kematiannya harus elite…

                Tapi, sebenernya saya gundah (hooohh lebay), nilai ramah dan gotong royong itu kaya main petak umpet ma saya. Saya orang Bali, bangga sebangga bangganya, saya bilang kalau di jalan-jalan kecil tak bernama disana masih terpampang dengan jelas nilai-nilai ini. Bagaimana pemuda-pemudi menyibukkan diri mereka membantu acara pernikahan temannya. Maaf, tanpa bermaksud balisentris, tapi saya belum punya referensi nilai-nilai seperti ini di daerah lain, tapi saya yakin seyakinnya, Bangsa Indonesia seperti yang dituliskan di buku ppkn masih hidup di lorong-lorong sempit tiap daerah, yang semakin lama kian terhimpit problematika uang dan idealism.  

                Jujur saya terlanjur terbuai dengan doktrin budaya ppkn. Saya mengidam-idamkan bangsa seperti yang digariskan di buku itu. “Maaf Yogi Ambara, kamu seorang pemimpi” itu jawaban yang televisi berikan setiap harinya. 

                Saya tahu, banyak sekali masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini, terutama masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Tapi, please, please pisaaaan….Matilah sebagai manusia yang bermartabat. Kita terlanjur menjadi bangsa Indonesia, yang diperankan sebagai masyarakat ramah dan bergotong royong, pertanggungjawabkanlah nilai tersebut. 

                Tujuan hidup kita adalah kebahagiaan akhirat, saya percaya nilai yang ditulis di buku ppkn itu adalah salah satu jalan mencapai kebahagiaan tersebut. Bukannya merasa paling agamis, atau mencoba mendakwah orang lain,  saya Cuma berusaha menguatkan diri untuk tidak terjerumus dengan anarkisme. 

                Saya prihatin dengan mental masyarakat Indonesia sekarang. Namun dalam lubuk hati yang paling dalam, saya mengaku bangga menjadi bangsa Indonesia dengan nilai-nilai sebagaimana dituliskan di buku ppkn. Jadilah masyarakat Indonesia PPKN, bukan masyarakat Indonesia yang selalu tersandung urusan prestise dan uang. 

                Semoga saya kaya tujuh turunan nantinya. Saya akan membuat panti rehabilitasi mental untuk bangsa ini….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Maaaf, ini bukan cerita fiksi, ini realita yang kebetulan terekam dalam pikiran saya. Sebagai manusisa saya Cuma ingin saling mengingatkan, tanpa bermaksud menggurui. Kebetulan saya sedang beres dan waras. Tidak tertutup kemungkinan kemudian saya yang ada di posisi subjek-subjek pesakitan diatas, dan giliran kalianlah yang mengingatkan saya.
                Jangan pernah terdoktrin akan tulisan ini, saya tidak bertanggung jawab kalau semua pemikiran ini benar.

03.11 – 151010
Yogi Ambara in Action

saya perlu tong sampah mewah

Ya, saat ini saya butuh sebuah tong sampah mewah. Tong sampah yang membuat saya tertarik untuk membuang semua pemikiran saya yang beberapanya sudah kadaluarsa sepertinya. Tong sampah yang mebuat pemulung-pemulung bertuksedo melirik-lirik penuh hasrat untuk mencomotnya. 

Kenapa...? begitu sombongkah seorang saya sehingga harus membuang beberapa pemikirannya...?
Karena tangan dan kaki saya bukanlah antek-antek yang loyal untuk merealisasikan semua pemikiran ini.

Saya mengakui bahwasannya saya seorang introvert. Tapi saya tidak mengerti mengapa pikiran ini begitu hiperaktifnya. Terus dan terus dia bekerja, entah siapa yang memerintahnya, dan apa imbalannya. Dialah yang membuat saya insomnia. seakan-akan tidak mengizinkan dirinya untuk istrahat sejenakpun. 

Apa yang dipikirkannya...?

Sebegitu banyaknya, hingga saya tidak bisa mengingatnya
Sebegitu abstraknya, sehingga saya tidak bisa mengidentifikasikannya. 
Sebegitu liarnya sehingga saya tidak sanggup untuk mengikatnya hanya dengan tali. 
Sebegitu tingginya, sehingga tak cukup hanya sekepakan sayap saya meraihnya. 
Sebegitu bergeloranya, sehingga terkadang saya terbuai dibuatnya. 
Sebegitu bijkasananya, sehingga terkadang saya tidak menyadari bahwa saya hanyalah seorang mahasiswa. 
Sebegitu pintarnya, sehingga saya bisa mengatakan apa yang saya tidak tahu sebelumnya. Sebegitu lamanya, sehingga saya harus menghela nafas panjang. 
Sebegitu absolutnya, sehingga membuat batin saya tersayat-sayat. 
Tapi sayangnya, dia sebegitu keras kepalanya sehingga saya tidak bisa mengontrolnya, kapan saya membutuhkannya, dan kapan saya harus mengistirahatkannya. 

Ini anugerah sob, jangan disia-siakan...
Itulah jawabn yang sata dapatkan. bukan dari bisikan angin yang berhembus, atau gesekan rumput yang bergoyang. Tapi dari pengalaman saya menunggangi pikiran ini. Integrasi dari penyesalan-penyesalan yang hanya bisa dijadikan sebuah pembelajaran diri.

Itulah, mengapa saya membutuhkan sebuah tong sampah. Entahlah, tong sampah disini klise atau makna yang sebenarnya. Saya berharap, tong sampah itu adalah teman sebangku saya, yang duduk tidak di depan atau dibelakang saya, tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari saya. Kalaupun menjadi makna yang sebenarnya, tong  sampah ini akan saya racik sedemikian indahnya, sehingga banyak yang ingin mencuri isinya.